Menu Melayang

30 Oktober 2018

Usaha Roti Bakar Eddy

Usaha Roti Bakar Eddy pernah ditulis Tempo pada 2005. Saat itu, sudah banyak terlihat deretan mobil mentereng berjejer rapi di persimpangan Jalan Raden Patah dekat Departemen Pekerjaan Umum. Tak jauh dari tempat itu, puluhan kaum muda sudah berkumpul menyebar di warung-warung tenda yang ada di sana.

Kawasan yang tak jauh dari Blok M ini seakan-akan sudah disulap menjadi tempat gaul. Semakin larut malam, mereka yang nongkrong semakin banyak hingga ratusan orang. Mereka umumnya kaum muda, bermobil, dengan dandanan trendi.

Tak jarang juga para eksekutif muda, artis, bahkan pejabat ikut nimbrung, sekadar cari angin atau melepas lelah. Mereka bisa kongko-kongko di tempat ini hingga pukul 2 pagi. Dari sekian banyak warung kakilima, warung tenda Roti Bakar Eddy paling banyak disambangi muda-mudi itu. Dari fisiknya warung tenda penjual roti ini tak besar-besar amat. Tapi soal ketenarannya, jangan diragukan. Tak percaya?

Coba saja sesekali iseng bertanya kepada anak-anak muda di Ibu Kota ini: kenal Roti Bakar Eddy? Anak-anak muda dari berbagai penjuru di Jakarta umumnya pernah mendengar ikon roti bakar ini. Berbagai jenis roti bakar dengan citarasa tersendiri, seperti roti bakar isi kornet, telur, dan keju. Harganya sesuai dengan kocek anak muda. Tak aneh sejak 1970-an warung ini selalu laris. "Dulu bapak mereka makan di sini, sekarang anaknya," ujar Eddy Supardi, pemilik Roti Bakar Eddy 15 tahun lalu.

Semula, ketika muda, Eddy hanya ikut saudaranya mengadu nasib di Jakarta. Waktu itu, pada 1966, pria asal Solo ini bekerja pada seorang pedagang roti bakar yang mangkal di sekitar Blok M. Kala itu tak pernah terbayang di benaknya kelak menjadi "bos" roti bakar di kota metropolitan ini.

Hari ke hari dilalui Eddy muda dengan membuat roti bakar dan melayani pembeli. Dia hanya mendapat upah Rp 25 per hari, yang disisihkan Rp 15-nya untuk menabung. "Hasil menabung selama beberapa tahun saya jadikan modal membeli gerobak," katanya.

Setelah memiliki gerobak sendiri, Eddy memberanikan diri membuka usaha roti bakar pada 1971. Suami Runtah ini mulai berjualan di Jalan Hasanuddin, Blok M. Penghasilannya naik jadi Rp 250 sehari. Kesabarannya menjalani usaha sekitar lima tahun membuahkan hasil. Tanpa diduga, seorang pegawai kelurahan tempat ia mangkal mengajaknya ikut serta kejuaraan "masakan antarbangsa" yang diselenggarakan pemerintah DKI Jakarta di Balai Sidang. "Pesaingnya waktu itu orang-orang hotel. Penampilan saya apa adanya, tapi saya berhasil menjadi juara pertama," ujarnya bangga.

Dari situlah nama Roti Bakar Eddy semakin tenar. Piagam penghargaan sebagai pemenang pertama dari Ali Sadikin (Gubernur DKI Jakarta waktu itu) dipajang di gerobak roti bakarnya. Di era Tjokropranolo (Gubernur DKI selanjutnya), Eddy kembali menjadi pemenang pertama dalam perlombaan masakan. "Sejak hari-hari itu pelanggan saya tambah banyak, pendapatan naik dua kali lipat," tuturnya.

Berkat kerja kerasnya, Eddy berhasil mempertahankan usahanya. Soal omzet, dia enggan memerincinya. Namun, dia memberi gambaran usahanya pada 2005. Setiap harinya rata-rata pembeli mencapai 500 orang. Hari libur bahkan bisa melonjak jadi 1.000 orang. Dengan harga jual Rp 7.000 per porsi, omzet bapak empat anak ini bisa mencapai Rp 100 jutaan per bulan. Dengan itu, kini dia mampu menyediakan lapangan pekerjaan bagi 24 orang. Mereka mendapat upah rata-rata Rp 40 ribu per hari.

Saat ini warung tenda Roti Bakar Eddy semakin kaya dengan pilihan menu. Tidak hanya roti bakar yang dijual di sini, tapi beraneka makanan lainnya, seperti nasi goreng, bubur ayam, hingga pempek. Uniknya, para penjual menu selain roti bakar itu bukan Eddy, melainkan bekas anak buahnya.

Meskipun demikian, mereka semua mengenakan seragam Roti Bakar Eddy. Dari hasil kerja kerasnya, bapak dengan wajah kalem ini telah berhasil menyekolahkan anak-anaknya hingga tingkat sarjana.

Hingga 2018 ini, usaha Roti Bakar Eddy sudah memiliki 9 buah cabang. Roti Bakar Eddy tersedia di Blok M, Tanah Abang, Ciledug, Pondok Pucung, Haji Nawi, Pondok Gede, Lenteng Agung, Margonda, dan Cibubur. Usaha Roti Bakar Eddy pun saat ini dikelola oleh anak-anak Eddy.

Sekitar pukul 20.00 10 Oktober 2018, Pendiri Roti Bakar Eddy meninggal dunia. Kabar itu dikonfirmasi dari anak Eddy, Risdianti Edi Supardi (Risdy) melalui akun instagramnya @risdiantiedi. "Innalillahi wa inna ilaihi rojiun ..... Selamat jalan Bapak," tulisnya

Blog Post

Related Post

Back to Top

Cari Artikel